Selasa, 06 Juli 2021
100 PROFESO BERBICARA STUNTING
Oleh Superadmin Sidika
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak
stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa
dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada
berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Prevalensi stunting selama 10
tahun terakhir menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dan ini
menunjukkan bahwa masalah stunting perlu ditangani segera. Berdasarkan data Global
Nutrition Report 2016 berada pada posisi 108 dari 132 negara dan untuk
kawasan Asia Tenggara, Indonesia menempati prevalensi kedua setelah Kamboja.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30.8 persen
atau sekitar 7 juta balita menderita stunting.
Masalah gizi lain terkait dengan
stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu
hamil (48,9%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita kurus atau
wasting (10,2%) dan anemia pada balita. Penurunan stunting memerlukan
intervensi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
Dalam upaya percepatan penurunan stunting, Pemerintah telah meluncurkan Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK,
indikator dan target penurunan stunting sebagai sasaran pembangunan nasional
dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 dan Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
2017-2019. Selain itu, Pemerintah dalam hal ini Presiden RI telah memberi
amanah kepada BKKBN sebagai Ketua Pelaksanaan Program Percepatan Penurunan
Stunting pada tanggal 25 Januari 2021 untuk mendukung percepatan pencegahan
stunting di tingkat lapangan dengan melibatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki BKKBN meliputi
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),
kader kelompok kegiatan (Poktan), Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
(PPKBD) dan Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (Sub PPKBD) sebagai ujung tombak program
Pembangunan Keluarga di lini lapangan. Dalam Kebijakan
Percepatan Penurunan Stunting, Presiden Jokowi
mengamanatkan pencapaian target
nasional prevalensi Stunting yang harus dicapai sebesar 14% (empat belas
persen) pada tahun 2024. Untuk mencapai target ini telah disusun strategi khusus dalam bentuk “Rencana Aksi Nasional
(RAN) Percepatan Penurunan Stunting melalui pendekatan keluarga berisiko Stunting”.
Penanganan
stunting di Indonesia akan dilakukan dalam kerangka pembangunan keluarga secara
integral. Presiden Joko Widodo menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) sebagai badan yang bertanggung jawab dan mengetuai
pelaksanaan percepatan penurunan angka stunting (kekerdilan pada anak) di
Indonesia. Hingga tahun 2024 mendatang, penurunan angka tersebut ditargetkan
untuk turun hingga 14 persen dari angka yang sebesar 27,6 persen di tahun 2019
lalu.
Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kependudukan dan KB memandang hal ini merupakan sebuah kegiatan
strategis yang harus dilaksanakan. Kemitraan dalam penanganan stunting
merupakan hal yang penting dan strategis dalam konteks research and develepoment diantaranya
dengan menggandeng akademisi yang didalamnya terdapat para Guru Besar/ Profesor
yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan berbagai displin ilmu yang mampu memetakan dan mencari formula
khusus untuk penangan stunting secara komprehensif. Dengan kegiatan seminar
sebagai telaah kritis terhadap penanganan stunting di Indonesia serta terobosan
yang efektif dalam menentukan aksi cepat penangan stunting di level pusat
maupun daerah.
Kepala BKKBN Ingatkan Klaster-klaster Covid-19 Dari Berbagai Tempat Bertemu di Keluarga
"Hari ini yang perlu kita sadari bersama adalah antara klaster satu dengan yang lain sudah saling bertemu. Dan bertemunya di keluarga," ujar Hasto.