Selasa, 13 Juli 2021

10 Persen Peserta KB Drop Out Gara-gara COVID-19, 15 Persen Hamil

Oleh Superadmin Sidika


Card image cap

Ilustrasi tes pack. (Foto ilustrasi: google)

Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menyebut tingkat pemakaian alat kontrasepsi menurun selama masa pandemi COVID-19. Penurunan ini mengakibatkan angka kehamilan ikut naik.

"(Di masa pandemi) Bagi mereka yang harus suntik KB, ambil pil, ganti IUD, jadi bermasalah akhirnya banyak yang drop out. Kami tengarai saat ini yang drop out mencapai 10 persen di masa pandemi," katanya dalam siaran pers di Youtube BNPB, Kamis (8/10/2020).

"Kalau yang drop out itu usia 20-35 tahun maka hampir dipastikan di dalam bulan pertama kedua, dari 10 persen itu, 15 persen hamil. Ini yang jadi problem kita," lanjutnya.

Beberapa hambatan yang ditemui dalam mengakses KB di antaranya banyak dokter kandungan dan bidan yang mengurangi jumlah pasien sehingga kesempatan untuk mendapatkan pelayanan berkurang saat pandemi.


Belum lagi adanya kekhawatiran masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan sehingga mengurungkan niat untuk mengunjungi dokter saat pandemi COVID-19 masih berlangsung.

"Banyak juga yang ketakutan berlebih sehingga seharusnya ketika telat menstruasi dia periksa, akhirnya takut dan nggak periksa," ujar dr Hasto.

Untuk mengantisipasi terjadinya 'baby boom' BKKBN melaksanakan pelayanan KB sejuta akseptor. BKKBN bekerja sama dengan puskesmas, bidan, dan mitra di masyarakat lainnya untuk memberikan layanan dan melaporkan pembagian kontrasepsi secara gratis.

"Selain itu kami mengadalan bulan MKJP (metode kontrasepsi jangka pandang) dan menyurati gubernur dan walikota agar alat kontrasepsi digratiskan dulu saja," pungkasnya.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com